Kamis, 13 September 2012

sera serbi kopi

Jual Kopi Bubuk Lebih Untung


LIWA, KOMPAS.com - Sebagian petani kopi di Kabupaten Lampung Barat mulai memproduksi kopi bubuk karena lebih menguntungkan daripada menjual kopi bijian.      "Saya mulai membuat kopi bubuk, walaupun tidak terlalu banyak, tetapi hasil penjualannya lebih menguntungkan," kata petani kopi, Nasir, di Pekon Pagar Dewa, Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, sekitar 282 km sebelah barat Bandarlampung, Senin (16/8/2010).Dia menjelaskan, harga kopi kering kian merosot sehingga mendorong petani mengolahnya menjadi kopi bubuk. "Alasan harga yang membuat petani membuat kopi bubuk, karena lebih menguntungkan daripada menjual kopi bijian," kata dia lagi.      Ia mengatakan separuh hasil panennya diolah menjadi kopi bubuk, yang dijual ke sejumlah pasar di Lampung. "Bila saya menjual kopi biji, jelas pendapatan saya akan berkurang,"katanya.
Menurut dia, hasil penjualan kopi bubuk itu mampu membiayai perawatan tanaman kopi dan mencukupi kebutuhan keluarganya.Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat menyebutkan luas lahan tanaman kopi di daerah itu mencapai 60.347 ha.Saat ini harga kopi kering di tingkat agen mencapai Rp 10.000 per kilogram, sedangkan harga kopi bubuk di pasaran mencapai Rp 35.000/kg.Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Bina Produksi Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat, Agustam Basmar, mengatakan industri kopi bubuk mampu mendongkrak pendapatan dan perekonomian petani."Harga kopi bubuk dan kopi biji jauh berbeda, ini menjadi peluang bagi petani untuk mengembangkan usaha kopi bubuk," katanya.  Berkaitan itu, ia meminta petani harus menjaga mutu kopi bubuknya. "Agar penjualan kopi tetap stabil, petani harus menjaga kualitas kopi bubuk, baik penjemuran juga pengolahan, sehingga kualitas kopi dapat terjaga yang nantinya omzet penjualan kopi terus stabil," kata Agustam. 

Nongkrong di Kota Tua, Nikmati Makanan Legendaris di Kafe


AKARTA, KOMPAS.com — Nongkrong di kawasan Kota Tua, Jakarta, bisa menjadi hal yang mengasyikkan. Pengunjung tidak saja bisa menikmati museum dan bangunan-bangunan tua, tetapi juga bisa bersantai di kafe sambil menikmati makanan dan minuman yang cukup legendaris di Jakarta.
Siang menjelang sore, suhu udara di kawasan Kota Tua terasa tidak bersahabat. Embusan angin tidak terasa. Namun, hiruk pikuk di seputaran Museum Fatahillah seolah tidak peduli dengan hal itu. Jika tidak kuat dengan panasnya matahari, coba saja masuk ke kawasan Gazebo Cafe. Meski bentuknya kafe, makanan yang dijual merupakan makanan tradisional dan kaki lima yang sudah melegenda.
Tempatnya agak tersembunyi. Kalau mata tidak awas, bisa terlewat kafe itu. Namun, sebenarnya mudah juga menemukan kafe itu. Kafe itu berada di seberang Museum Fatahillah, tetapi tertutup bangunan dari Kafe Batavia.

Memasuki kompleks Gazebo Cafe, pengunjung dibuat terpana. Meski tempatnya agak tersembunyi, lahan di dalamnya cukup luas dan suasana kafe terbuka langsung terlihat. Memang belum terlalu ramai dan sedikit agak gersang, kurang ada pepohonan dan tanaman. Namun dengan keberadaan kolam di sisi kafe, membuat suasana jadi segar.
Kafe itu ada dua lantai, tetapi yang berfungsi sempurna baru lantai dasar. Pengunjung bisa memilih tempat di mana saja karena dari situ makanan apa pun bisa dipesan tanpa harus mendatangi kiosnya. Meski ingin memadukan antara makanan kafe dan makanan tradisional kaki lima, sang pemilik kafe, Marshall Pribadi, juga tidak mau sembarangan memasukkan makanan kali lima ke sana.
"Kami pilih betul, mana yang bisa masuk dan kami terima. Saya maunya ya makanan yang tradisional atau legendaris, seperti ragusa dan dudung roxi. Jadi sesuai dengan kawasan. Soal harga masih bisa terjangkau," ujar mahasiswa Fakultas Ekonomi dari Universitas Indonesia ini.
Marshall menambahkan, keseluruhannya ada 10 penyewa yang menempati Gazebo Cafe, antara lain  Ragusa Es Krim & Restoran, Sop Kaki Kambing Dudung Roxi, Sate Padang Murni Cikini, Dapur Mama Wing Sriwing, Mie Kepang, dan Pizza Gendeng. Selain itu, ada juga  Piring Panas, Es Campur Sinar Garut, Dimsum Menteng, Gado-gado Ngawi, Soto Ngawi, Angkring Margonda Depok, dan Bandar Kopi.
Bagi penggemar kopi yang belum pernah merasakan kopi lokal dari sejumlah daerah, di Bandar Kopi bisa dicicipi kopi aceh, kopi wamena, kopi flores, kopi mandailing, kopi jawa, kopi toraja, kopi lintong, dan masih banyak lagi. Harganya Rp 21.000-Rp 23.000.
Di sini pengunjung juga bisa mencicipi Es Sinar Garut dari Jalan Patekoan yang sekarang menjadi Jalan Perniagaan, Jakarta Barat. Yang paling favorit di tempat ini adalah es campur dan es alpukat. Keistimewaan dari es alpukatnya adalah dibuat dari buah alpukat yang dikerok daging buahnya secara dadakan. Begitu juga dengan es campurnya, semua bahan-bahannya masih segar sehingga menambah nikmat cita rasanya.
Sate Padang Murni juga patut dicoba. Pasalnya sate ini pernah mendapat juara pertama sebagai sate padang terenak dalam acara silaturahim keluarga Padang Pariaman tahun 2006 di Jakarta. Ada empat pilihan sate, yakni daging, lidah, jantung, dan usus sapi. Bumbunya yang kental sangat terasa karena dibuat dari 27 macam bumbu. Seporsinya Rp 18.000-Rp 20.000.
Mirip "foodcourt"
Bisa dibilang tempat ini mirip foodcourt di pusat perbelanjaan. Namun, layanannya seperti di kafe. Pihak penyelenggara menyediakan pelayan (waiter) dan tempat untuk cuci piring bagi para penyewa. Lokasi kafe yang terletak di kawasan Kota Tua, tepatnya di Jalan Kunir, Tamansari, Jakarta Barat, dinilai menjadi pilihan tepat. Hal itu sesuai dengan rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mencanangkan Kota Tua sebagai world class tourism destination. Menurut Marshall, pihaknya sengaja memilih kawasan Kota Tua karena sebagai wujud dukungannya atas rencana Pemprov DKI.

Selain itu, Gazebo Cafe juga menyediakan fasilitas seperti live music, dance floor, biliar, foto studio, toko baju, salon, souvenir shop, dan travel agent. Pernik-pernik yang dijual di souvenir shop lebih banyak mengacu pada Kota Jakarta, seperti ondel-ondel dan Monas.
"Pokoknya, harga yang kami tawarkan dijamin tidak merobek kocek. Istilah kata, rasa bintang lima, harga kaki lima, serta makanan kami dijamin halal," ujarnya. Bagi pengunjung yang ingin rileks sehabis berjalan-jalan di Kota Tua, tempat ini juga akan dilengkapi dengan pijat refleksi. Nantinya di tempat itu juga akan sering diadakan nonton bareng sepak bola.
Sebenarnya, pengadaan layar proyektor yang cukup besar itu tak hanya digunakan untuk nonton bola, tetapi juga nonton film, misalnya nonton film kuno, film dokumenter tentang Batavia, atau yang berbau sejarah lainnya.

Sementara pada lantai atas masih ada tempat yang kosong. Baru satu tempat di pojokan yang diisi Ragusa. Uniknya, beberapa bagian tembok dilukis dengan suasana seperti tempo dulu. Marshall menuturkan, ke depan, tempat tersebut akan diisi dengan galeri seni yang akan diisi para seniman muda yang menjual aneka ragam barang-barang seni.

Kopi-Cakwe dari Tak Kie, Kit Cong Kie, sampai Kaus Kaki

cara pembuatan kopi cakwe


KOMPAS.com — "Ngopi, yuk!" Ajakan seperti ini berseliweran setiap hari. Biasanya, ajakan ini bermakna kongko-kongko. Tempatnya? Lagi-lagi seperti biasa, kawanan penyeruput kopi ini memilih tempat berpendingin udara. Kedai kopi franchise jentrek-jentrek tak terhitung di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Mereka menyebar baik di mal, plasa, ataupun di kawasan perkantoran.

Waralaba warung kopi makin sesak di Jakarta karena pasar yang menggiurkan. Tengok saja ke beberapa kedai asal Pakde Sam itu, meski harga segelas kopi dengan berbagai cita rasa itu minimal hampir sama dengan sekitar 4-5 gelas kopi/kopi susu panas, es kopi/kopi susu di kedai-kedai tradisional, pembeli seperti tak peduli. Barangkali gengsi juga terbeli di sana. Padahal, Indonesia penghasil kopi arabika dan robusta terbesar keempat di dunia.

Untunglah penggemar kopi Indonesia yang masih percaya, kongko-kongko sambil minum kopi di warung kopi tradisional jauh lebih nikmat, tak perlu gusar. Pasalnya, warung kopi turun temurun di kawasan Pancoran, Jakarta Barat, masih bertahan di antara gempuran mal, plasa, beserta kedai kopi ala bule tadi.

Sayangnya, warung-warung kopi di sini tak lagi buka di atas pukul 17.00. Alasan klasik, setelah kerusuhan 1998, kawasan ini makin sepi khususnya di malam hari. Padahal, potensi kawasan ini sebagai kawasan wisata kuliner sungguh luar biasa.

Kembali ke soal ngopi, di Gang Gloria, Pancoran, siapa tak kenal Warung Kopi Tak Kie. Warung ini ada di antara tumpukan pedagang lain di sisi kiri dan kanan gang tersebut. Dengan hanya Rp 7.000, segelas es kopi bisa Anda nikmati. Es kopi ini bisa jadi teman ngobrol yang tak kalah segarnya dengan ”kopi bule”. Kedai kopi ini beserta es kopi-nya sudah turun temurun menyemarakkan kawasan tersebut. Kopi Lampung jadi bahan utama segelas kopi tradisional itu.

Mencari kopi tak hanya di Tak Kie. Melangkahlah lebih ke dalam. Jika Anda melihat tanda Cakwe Hokian, nah, di situ pula warung kopi tradisional lainnya berada. Tak seperti Tak Kie, di warung ini tak terlihat nama. Anton Sinarto, si pemilik warung, menyebut warungnya Sederhana meski orang di kawasan itu mengenal warung itu sebagai Kit Cong Kie.

Sebagai warung kopi tradisional, Anton pun sudah siap melayani pembeli atau siapa pun yang ingin sekadar kongko-kongko sambil makan pagi di kawasan ini sejak pukul 05.00 pagi. Anda bisa pilih es kopi, kopi panas, atau kopi susu. Rasanya pas. Di sini pula Anton memberi tahu Warta Kota untuk menikmati kopi susu dengan sentuhan cakwe. Hah?! Ya, cakwe.

”Dicelup aja, terus dimakan. Coba deh. Enak,” begitu Anton membujuk. Dan, memang, sensasi baru minum kopi dan makan cakwe pun terjadi di dalam mulut. Cakwe milik Ibu Lily ini pun sudah beredar di kawasan ini lebih dari 27 tahun lalu.

Menurut Anton, minum kopi atau kopi susu sambil makan cakwe sudah jadi kebiasaan di kawasan itu. ”Seperti teman minum kopi, gitu. Murah meriah, pula,” tambah Anton yang didampingi sang istri, Cendrawati Goutama.

Bapak dua putra ini melanjutkan usaha kedai kopi ini sejak 1980-an. ”Tapi warung ini sudah ada sejak Belanda masih ada,” lanjutnya, sekitar 1928 pun warung ini diperkirakan sudah ada dan masih menggunakan kopi Lampung hingga kini.

Kedai kopi tak berhenti sampai di sini sebab masuk lebih ke dalam lagi, ke arah dekat Toko Kawi, Anda bisa temui kopi kaus kaki. Tenang dulu, ini bukan sembarang kaus kaki. Kopi di sini disaring dengan penyaring yang mirip kaos kaki. Jadi, begitu disajikan, kopi ini sudah tanpa ampas. ”Kelebihan lain, kopi di sini disajikan di cangkir keramik yang bikin panasnya awet,” ujar Akiong, si pemilik kedai. Cangkir tadi harus dibeli di Singapura. Tapi tak usah khawatir, harga kopi di sini masih sangat rasional. Meski cangkir dari Singapura, tapi harga tetap warung kopi Indonesia.

Perihal cakwe sebagai teman kopi, Akiong membenarkan hal itu sebagai kebiasaan warga keturunan Tionghoa di kawasan itu. ”Dari dulu orang di sini emang kalau minum kopi pakai cakwe.”

Selasa, 11 September 2012

asal usul kopi



Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke:

Berkas:Coffee Beans.jpg
Kerajaan:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Bangsa:
Genus:
Coffea
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi.
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa BelandaPenggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang dikenal saat ini. Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu.Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakatIndonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya.Di samping rasa dan aromanya

yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler)


 



Kopi dari spesies Coffea arabica memiliki rasa yang kaya daripada Coffea robusta. C. arabica memiliki banyak varietas. Tiap varietas memiliki ciri yang unik. Beberapa varietas yang terkenal meliputi:
Kopi Kolombia (Colombian coffee)
pertama kali diperkenalkan di Kolombia pada awal tahun 1800. Saat ini kultivar Maragogype, Caturra, Typica dan Bourbon ditanam di negeri ini. Jika langsung digoreng, kopi Kolombia memiliki rasa dan aroma yang kuat. Kolombia adalah penghasil kopi kedua terbesar di dunia setelah Brasilia. Sekitar 12% kopi di dunia dihasilkan di negara ini
Colombian Milds
Varietas ini termasuk kopi dari Kolombia, Kenya dan Tanzania. Semuanya adalah jenis kopi arabica yang telah dicuci. Biji kopi yang belum digoreng dari varietas C. arabica
Costa Rican Tarrazu
dari (en)"San Marcos de Tarrazu valley" di pegunungan di luar San José, Costa Rica
Guatemala Huehuetenango
Ditanam di ketinggian 5000 kaki di bagian utara Guatemala
Ethiopian Harrar
Ethiopian Yirgacheffe
dari daerah di kota Yirga Cheffe di provinsi Sidamo (Oromia) di Ethiopia
Hawaiian Kona coffee
ditanam di kaki pegunungan Hualalai di distrik Kona di Hawaii. Kopi diperkenalkan pertama kali di kepulauan ini oleh Chief Boki. Ia adalah gubernur Oahu pada tahun 1825.
Jamaican Blue Mountain Coffee
dari Blue Mountains di Jamaika. Kopi ini memiliki harga yang mahal karena kepopulerannnya.
Kopi Jawa (Java coffee)
dari pulau Jawa di Indonesia. Kopi ini sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.
Kenyan
terkenal karena tingkat keasamannya dan rasanya
memproduksi biji kopi yang keras
Mocha
Kopi dari Yemen dahulunya diperdagangkan di pelabuhan Mocha di Yemen. Jangan disalahartikan dengan cara penyajian kopi dengan coklat.
Santos
dari Brasilia. Memiliki tingkat keasaman yang rendah
Sumatra Mandheling dan Sumatra Lintong
Mandheling dinamakan menurut suku Batak Mandailing di Sumatra utara di Indonesia. Kopi Lintong dinamakan menurut nama tempat Lintong di Sumatra utara.
Kopi Gayo (Gayo Coffee)
berasal dari Dataran Tinggi Gayo — Gayo adalah nama Suku Asli di Aceh — yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Sulawesi Toraja Kalosi
Ditanam di daerah pegunungan tinggi di Sulawesi. Kalosi adalah nama kota kecil di Sulawesi, yang merupakan tempat pengumpulan kopi dari daerah sekitarnya. Toraja adalah daerah pegunungan di Sulawesi tempat tumbuhnya kopi ini. Kopi dari Sulawesi ini memiliki aroma yang kaya, tingkat keasaman yang seimbang (agak sedikit lebih kuat dari kopi Sumatra) dan memiliki ciri yang multidimensional. Warnanya coklat tua. Kopi ini cocok untuk digoreng hingga warnanya gelap. Karena proses produksinya, kopi ini dapat mengering secara tidak teratur. Walau demikian biji yang bentuknya tidak teratur ini dapat memperkaya rasanya.
Tanzania Peaberry
di tanam di Gunung Kilimanjaro di Tanzania. "Peaberry" artinya biji kopi ini hanya satu dalam setiap buah. Tidak seperti layaknya dua dalam satu buah. Ini biasanya tumbuh secara alami pada 10% dari hasil panen kopi.
Meskipun sebagian besar penghasil kopi robusta. Ada juga kopi arabika berkualitas yang dikenal sebagai Bugishu
salah satu varietas kopi Arabika dan Robusta yang telah dimakan oleh luwak kemudian dikumpulkan dan diolah. Rasa dan aroma kopi ini khas dan menjadi kopi termahal di dunia.



Campuran
Biji kopi biasanya dicampur untuk keseimbangan rasa dan kompleksitas aromanya. Salah satu campuran tradisional yang tertua adalah Mocha-Java, terdiri dari biji kopi yang sama namanya. Rasa coklat yang khas sangatlah cocok dengan Cafe mocha, yang merupakan minuman kopi yang dicampur dengan coklat. Saat ini campuran Mocha-Java biasa dicampur dengan varietas lainnya untuk menciptakan ciri khas yang unik. Banyak perusahaan kopi yang memiliki campurannya tersendiri.
Beberapa biji kopi sangatlah terkenal dan oleh sebab itu memiliki harga yang lebih mahal dari biji kopi lainnya. Jamaican Blue Mountain dan Hawaiian Kona mungkin adalah contoh yang baik. Biji kopi ini sering dicampur dengan biji kopi lainnya yang tidak seberapa mahal dan dengan itu nama campuran ini disebut blend (seperti "Blue Mountain blend" atau "Kona blend"), walau hanya sedikit biji kopi dari jenis itu yang digunakan.
Varietas kopi robusta
Salah satu varietas kopi robusta yang terkenal adalah kopi luwak dari Indonesia dan Kape Alamid dari Filipina. Biji kopi ini dikumpulkan dari musang luwak. Kopi ini memiliki rasa yang khas.


http://www.kopistory.com/wp-content/uploads/2012/06/jenis-kopi.jpg

Perbedaan kopi Arabika dan kopi Robusta


Kopi arabika memiliki banyak varietas, bergantung dari negara, iklim, dan tanah tempat kopi itu ditanam. Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70 persen pasar kopi dunia. Kopi lokal semacam Toraja, Mandailing, maupun kopi luar negeri, seperti Kolumbia dan Brasilia, merupakan beberapa varian kopi arabika. Kopi ini memiliki aroma yang wangi, mirip percampuran bunga dan buah. Hidupnya di daerah yang sejuk dan dingin. Arabika juga mempunyai rasa asam yang tidak dimiliki kopi jenis robusta dan rasa kental saat disesap di mulut.
Namun, dibandingkan robusta, arabika rasanya lebih ringan. Sementara,kopi robusta agak kalah pamor ketimbang arabika. Kopi ini hanya menguasai 30 persen pasar dunia. Kopi ini tersebar di luar Kolumbia, seperti di Indonesia dan Filipina.
Robusta memiliki rasa mirip cokelat dengan aroma yang khas. Robusta juga mempunyai tekstur yang lebih kasar dengan warna bervariasi sesuai dengan pengolahan. Sama seperti arabika, kondisi tanah, iklim, dan proses pengemasan kopi ini akan berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang juga berbeda.
Adapun yang kepopulerannya mendunia adalah Kopi Luwak. Seperti diketahui, kopi ini berasal dari biji kopi arabika atau robusta yang dimakan luwak. Luwak akan menelan buah kopi (berwarna merah) dan memprosesnya dengan enzim yang ada di perutnya. Biji dari buah kopi itu lalu terbuang bersama kotorannya. Biji yang dinamakan kopi luwak inilah yang kita konsumsi.
Secangkir kopi luwak, harganya cukup mahal, mulai dari 75.000. Kopi ini menjadi lebih istimewa karena luwak mencari buah kopi yang 90 persen matang. Binatang ini mengandalkan indra penciumannya yang tajam untuk berburu kopi matang. Dalam satu pohon kopi, hanya 1-2 butir buah yang dimakan.
Dengan begitu, kopi yang diambil luwak adalah kopi dengan nilai kematangan tertinggi dan tentunya amat berpengaruh pada rasa kopi ketika diseduh. Dan, yang terakhir kopi ekselsa, racemosa, dan liberica (kopi Afrika). Kopi ini berada di antara arabika dan robusta.

kopi-luwak


Salah satu jenis kopi yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah kopi dari Indonesia yang dinamakan Kopi Luak atau lebih sering disebut dengan Kopi Luwak (bahasa Inggrisnya : Civet Coffee). Biji Kopi Luwak ini diambil dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan binatang bernama luwak, atau dalam kalimat lain diambil dari kotoran luwak, yang proses pencernaannya konon bisa memberikan tambahan citrarasa tersendiri.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Setelah dimakan, biji kopi yang keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, hingga kini selalu diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Rasa kopi luwak ini juga memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Dilihat dari harganya, boleh dibilang Kopi Luwak adalah jenis kopi termahal di dunia. Di pasaran dunia, harganya berkisar $150 per 500 gram dan bisa lebih. Untuk pasar Jepang dan Amerika Serikat dijual berdasarkan berat, sedangkan di kedai-kedai kopi Asia Tenggara dijual per cangkir.
Untuk pasar dalam negeri saja, biji dari kotoran luwak yang sudah dikeringkan dan tidak berbau harganya sekitar Rp 100.000 per 100 gram. Sementara kopi luwak bubuk yang siap diseduh harganya berkisar Rp 140.000 per 100 gram. Di kedai-kedai kopi di Australia misalnya secangkir kopi luwak dijual dengan harga $33. Harganya yang sangat mahal itu lantaran jumlahnya yang sangat terbatas.
Kopi luwak juga sangat disukai di Eropa, seperti Jerman, karena mempunya kekhasan cita rasa dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Jerman sendiri merupakan pasar terbesar di seluruh Eropa dan pasar Jerman merupakan pasar yang sangat penting bagi kopi Indonesia
Dulu biji kopi luwak bisa ditemukan di Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan Sumatera. Namun, saat ini biji kopi luwak ini hanya dihasilkan di Pulau Sumatera seperti di Propinsi Lampung. Terlebih lagi, keberadaan binatang luwak itu sendiri saat ini semakin lama semakin sulit ditemukan. Ada banyak faktor, mulai dari berkurangnya lahan perkebunan kopi hingga semakin berkurangnya satwa luwak di alam liar dan karena perburuan manusia. Bila kondisi semacam itu dibiarkan saja, sangat mungkin kenikmatan kopi yang berasal dari memungut biji-biji kopi dari kotoran luwak itu hanya tinggal mitos belaka.
Perlu dicatat pula bahwasanya nama “Kopi Luwak” sekarang ini telah menjadi merek dagang kopi bubuk kemasan dari sebuah perusahaan kopi. Kopi bubuk kemasan yang satu ini tentu saja berbeda dengan kopi luwak yang dimaksud diatas, dan bila dihilat dari harganya yang relatif murah bisa dipastikan bahwa bubuk kopi yang dijualnya benar-benar bukan berasal dari luwak atau tepatnya “kotoran” luwak

civet


Asal Usul Kopi Luwak, Kopi Terbaik di Dunia

Penikmat kopi yang tersebar di seluruh dunia pasti tahu membedakan letak kenikmatan di antara berapapun gelas seduhan kopi yang tersedia. Namanya Kopi Luwak. Biji kopi yang dihasilkan dari hewan musang inilah yang membuat cita rasanya berkualitas. Untuk lebih lengkapnya lagi, saya mencoba mengajak Anda untuk mengetahui sejarah sampai bangsa kita ini mengenal kopi luwak dan bagaimana prosesnya sampai biji kopi yang keluar dari lubang kotoran musang ini mendapat pengakuan dunia sebagai kopi ternikmat.
Asal Usul Kopi Luwak
Asal Usul kopi luwak itu sangat erat hubungannya dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Diawali oleh Belanda yang membuka perkebunan tanaman komersial di Hindia Belanda, terutama pada pulau Jawa dan Sumatera. Salah satu bibit kopi yang digunakan adalah bibit kopi arabika dari Yaman pada abad ke –18 ( Kopi Arabika identik dengan hasil biji kopi yang besar dan harum) Nah, pada era itu tersebut, metode kerja Cultuurstelse atau ‘Tanam Paksa’ sangat dikenal sejak tahun 1830 – 1870. Belanda sangat melarang pekerja perkebunan atau pribumi memetik buah kopi atau mencicipi hasil dari apapun yang telah nenek moyang kita tanam dulu. Dan tanaman kopi tidak untuk menjadi konsumsi pribadi selain Belanda.
Seiring berjalannya waktu, penjaga perkebunan yang ingin sekali mencicipi biji kopi hasil kerja keras mereka kemudian mendapati sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna sama sekali. Penjaga perkebunan kemudian memungut biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dicuci, disangrai, ditumbuk dan diseduh dengan air panas. Inilah awal ditemukannya kopi dengan cita rasa tinggi yang disebut ‘kopi luwak’. Belanda mulai mencium kabar kenikmatan kopi aromatik itu, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kopi ini langka serta prosesnya sangat tidak lazim, maka kopi luwakpun sudah menjadi kopi dengan harga yang sangat mahal sejak zaman kolonial.
Kenapa Kopi Luwak Berbeda?
Pertanyaannya, mengapa kopi luwak menjadi sangat enak dibandingkan kopi lainnya? Faktanya, hewan luwak senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak. Buah kopi itu juga manis rasanya makanya kopi adalah makanannya. Luwak memiliki indera penciuman yang peka dan hanya akan memilih buah kopi yang benar-benar matang optimal untuk menjadi makanannya. Dalam hal ini kita sudah tahu, biji kopi yang diambil hewan luwak adalah biji kopi yang terbaik.
Pertanyaan kedua, mengapa biji kopi yang keluar dari anus luwak bisa utuh tanpa tercerna? Ini karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak akan tercerna. Sisi hebat lainnya lagi, biji kopi yang masih berada di dalam perut hewan luwak sebelum keluar bersama kotorannya telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Alhasil aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Kita harus berbangga menjadi bangsa Indonesia yang juga menjadi salah satu penghasil kopi Luwak terbesar di seluruh dunia. Begitu banyak tempat di negara kita yang menghasilkan kopi luwak, seperti Gayo (Aceh), Sidikalang, Desa Janji Maria kecamatan Barumun Tengah, dan kabupaten Padang. Begitu juga di kota Pagaralam, kota Bumi Lampung, Jawa Barat dan sungguh masih banyak lagi. Indonesia kaya bukan? Kopi Luwak merupakan warisan nenek moyang yang mendunia, sayang sekali bila kita tidak pernah merasakan kenikmatannya
.





kopi-lanang


Kopi Lanang – Peaberry Coffee


Kopi Lanang atau Peaberry Coffee bukanlah kopi yang khusus dinikmati oleh lanang (sebutan pria dalam bahasa jawa, red.).  Sayang, belum banyak orang tahu jenis kopi ini. Jenis kopi ini merupakan sebutan untuk biji kopi yang bulat dan tunggal, tidak terbelah dua seperti biji kopi pada umumnya.
Kopi Lanang didapat dengan menyortir biji kopi jenis Robusta dengan sangat teliti. Jumlahnya yang sangat jarang membuatnya istimewa.  Proses ini hanya terjadi secara alami dan tidak dapat direkayasa. Dalam sekali panen, hasilnya sangat sedikit. Sebagai perbandingan, dari 50 kg biji kopi, setelah disortir hanya terdapat 800 g biji kopi lanang. Selain itu, jenis kopi ini mempunyai citarasa lebih tinggi, aroma yang lebih wangi, rasa lebih padat (full). Jenis kopi ini juga dipercaya mampu meningkatkan kinerja dan menjernihkan pikiran.
Bagi penikmati kopi, sangat cocok mengkonsumsi kopi lanang ini karena kadar caffeinnya sangat tinggi sehingga tidak mudah mengantuk disamping cita rasa kopinya begitu halus. Permintaan Kopi Lanang mulai muncul sejak tiga tahun silam. Sebagian besar berasal dari beberapa kota besar dan pusat wisata. Meski belum sebanyak Kopi Luwak, permintaan kopi lanang kian meningkat.
Permintaan kopi lanang yang tinggi bukan lantaran harganya murah, lo. Harga jual kopi lanang di pasar hampir setara dengan kopi luwak. Penjualan kopi lanang seharga Rp 140.000–Rp 150.000 per kg. Bandingkan dengan harga kopi biasa (arabika atau robusta) yang dijual sekitar Rp 100.000 per kg. Bahkan, di Bali, harga jual kopi lanang jauh lebih mahal bisa mencapai Rp 250.000 per kg.
Di Pulau Dewata, permintaan kopi lanang memang cukup banyak. Biasanya, peminatnya adalah usaha yang berkaitan dengan wisatawan asing (wisman). Sejauh ini, banyak wisman dari Korea Selatan dan Taiwan yang kebetulan sedang ke Bali, mencari kopi lanang sebagai buah tangan ketika kembali ke negara asalnya.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan pasar lokal. Peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak. Maklum, jenis kopi ini belum terlalu dikenal. Baru sebagian dari masyarakat di Pulau Jawa mengetahui adanya kopi lanang. Itu pun sebatas dari kalangan para penggemar kopi.
Nah, para penggemar kopi dari luar negeri yang jauh lebih paham akan citarasa kopi lebih mengenal jenis kopi ini. Mereka bahkan rela membeli dengan harga mahal untuk mendapatkan citarasa tertinggi. Kopi lanang cukup banyak penggemar lantaran rasanya mirip dengan kopi luwak.
Selain sarat dengan kandungan kafein, yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yakin kopi lanang berkhasiat menambah vitalitas kaum pria. Namun, hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.

MANFAAT KOPI LANANG


Kopi ini disebut lanang lantaran bentuk bijinya berbeda dengan kopi pada umumnya. Lanang berarti laki-laki dalam bahasa Jawa. Disebut demikian karena bentuk biji kopi ini tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji kopi pada umumnya. Meski demikian, sebenarnya kopi ini bukan varietas baru. Kopi lanang bisa dihasilkan oleh pohon kopi jenis robusta maupun arabika yang pada umumnya ditanam petani di Indonesia.
Dulu Kopi Luwak mungkin menjadi satu-satunya kopi khas Indonesia yang dibanggakan negeri ini. Tapi, selain kopi yang diproses melalui saluran pencernaan luwak (musang) ini, ternyata ada kopi khas lain yang juga berkualitas. Namanya Kopi Lanang atau Peaberry coffee. Meski belum sebanyak kopi luwak, permintaan kopi lanang kian meningkat.
Salah satu asal Kopi Lanang yang terkenal adalah Banyuwangi. Kopi Lanang asal Banyuwangi ini merupakan kopi pilihan yang bisa membuat peminumnya merasakan tenaga ekstra. Untuk mendapatkan kopi lanang, melalui proses yang tidak mudah, harus melalui penyortiran biji kopi yang jumlahnya mencapai puluhan ribu biji kopi jenis robusta. Bila biji kopi umumnya terbelah dua, biji kopi lanang bulat dan tunggal. Bagi penikmati kopi, sangat cocok mengonsumsi kopi lanang ini karena kadar kafeinnya sangat tinggi sehingga tidak mudah mengantuk, di samping cita rasa kopinya begitu halus. Karena itu, kopi lanang ini sangat cocok dikonsumsi di daerah yang suhu udaranya cukup dingin.
Karena biji kopinya yang tunggal dan memiliki kadar kafein tinggi yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yang beranggapan Manfaat Kopi Lanang sebagai :

  • Menambah Vitalitas Kaum Pria
  • Menambah Stamina
  • Menambah daya tahan tubuh
  • Menambah gairah
  • Menambah konsentrasi kerja
Jika anda pergi ke swalayan atau minimarket mungkin pernah menemukan Kopi Lanang Instan yang telah dikemas apik dan Bertuliskan “Kopi Lanang Khusus Lelaki”, mereka mengklaim Manfaat Kopi Lanang sebagai berikut

“KOPI lanang terbuat dari kopi robusta jenis laki-laki, plus ginseng sangat cocok untuk membangkitkan gairah sex laki2 dan mencegah impotensi, serta membantu penderita impotensi untuk bisa normal kembali, dengan mengkonsumsi kopi lanang setiap hari dijamin.”
Jika balik ke artikel sebelumnya tentang “Manfaat Minum Kopi bagi Kesehatan” anda akan mengetahui Efek Positif Minum Kopi menurut sejumlah peneliti. Tetapi jika Kopi Lanang Instan tersebut memiliki khasiat yang begitu hebat untuk kaum laki-laki, itu hanyalah karena campuran yang ada pada kopi instan tersebut, seperti ginseng, dll.
Meskipun Manfaat Kopi Lanang ini telah begitu familiar di masyarakat,  namun hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.